Hari Pendidikan Nasional, atau biasa disingkat “HARDIKNAS”
itu jatuh pada tanggal 2 mei. Meskipun bukan hari libur nasional, Hari
Pendidikan Nasional dirayakan secara luas di Indonesia. Perayaannya biasanya
ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi, dari tingkat kecamatan hingga pusat, disertai dengan penyampaian pidato
bertema pendidikan oleh pejabat terkait.
Sumber: https://www.wanita.me/pesan-pendidikan-di-hardiknas-2018/
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2
Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional
yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar
Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda,
ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia
Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda
atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial
menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga
pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar
Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.
Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan"),
digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada
tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan
Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari
Pendidikan Nasional.
Berbicara tentang Hari Pendidikan Nasional, di Indonesia
sendiri masih banyak anak-anak yang belum bisa merasakan bangku sekolah atau
tidak mengenal pendidikan. Sangat disayangkan karena anak-anak ini bisa saja
menjadi generasi penerus bangsa yang dibutuhkan Indonesia kedepannya, tetapi
jika penerus bangsa ini tidak mengenal pendidikan, bagaimana cara mereka untuk
menjadi generasi penerus bangsat yang dibutuhkan nantinya?
Sekolah semakin lama semakin bertambah biayanya,
bagaimana orang yang berpendapatan pas-pas an dapat menyekolahkan anaknya di
sekolah yang bagus? Seharusnya sebagai warga negara yang baik, kita tidak boleh
bergantung pada pendidikan di sekolah saja. Pendidikan dari orang tua juga
dapat membantu perkembangan anak seperti bergotong royong, sopan santun, dan
memberikan pola piker yang positif untuk kedepannya.
Sudah banyak komunitas yang mendukung gerakan sosial
tentang pendidikan di Indonesia ini, salah satunya adalah 1000 Guru. Komunitas yang
dibentuk pada 22 Agustus 2012 oleh Jemi Ngadiono ini memberikan kerja nyata
seperti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan aksi sosial terhadap
anak-anak pedalaman negeri.
Sumber: https://ceritamedan.com/2015/03/1000-Guru.html
1000 Guru adalah komunitas non-formal beranggotakan
pemuda-pemudi yang peduli pendidikan anak-anak di wilayah terpencil Indonesia.
Berbeda dengan komunitas yang berbasis pendidikan lainnya, dalam komunitas ini
kegiatan volunteering mengajar diisi juga dengan travelling di lokasi sekitar
sekolah. Program ini dinamakan Travelling and Teaching. Travelling and Teaching
adalah kegiatan perjalanan yang tak hanya menapaki keindahan alam di pedalaman
negeri dan mengenal budaya adat-istiadat warisan leluhur. Namun juga melakukan
kegiatan mengajar serta berbagi ilmu dengan anak-anak di daerah terpencil.
Selain Travelling and Teaching, Komunitas 1000 Guru
memiliki program kerja lainnya yaitu Beasiswa Guru Pedalaman. Humas 1000 Guru
Bandung, Sarah Hesty menjelaskan hingga saat ini komunitasnya telah memiliki 14
cabang komunitas regional. Antara lain di Bandung, Tangerang, Bekasi, Makasar,
Surabaya, Jogja, Palembang, Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Sukabumi, Medan,
Banten, dan Kupang.
Komunitas ini murni independen tanpa ada campur tangan
dari siapapun. Fokus kegiatannya berbasis sukarela dan setiap program Travelling
dan Teaching selalu membuka open recuitment. Siapa saja yang tertarik boleh
bergabung. Syarat menjadi volunteer Travelling and Teaching tentunya harus
memiliki visi dan kepedulian terhadap pendidikan pedalaman. Kegiatan
volunteering ini dibuka setiap sebulan sekali. Pelaksanaannya dilakukan satu
hari dan dikemas dengan perjalanan wisata di daerah sekitar.
Project Manager 1000 Guru Bandung Desti berujar, “Tak
harus menjadi seorang guru untuk mengajar. Di sini, semua orang adalah guru,
dan semua tempat adalah sekolah.” Untuk ke depannya, para anggota Komunitas
1000 Guru ini berharap agar semua pemuda tetap bersemangat membangun pendidikan
dalam negeri. Dan tetap memberikan perhatian pada pendidikan di daerah
terpencil, khususnya pendidikan dasar.
Pendidikan memang dibutuhkan bagi generasi penerus bangsa,
oleh karena itu kita sebagai orang yang sudah mengenyam bangku pendidikan harus
selalu bersyukur dan membantu orang yang membutuhkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar